
Pengalaman Traumatis Hamzah yang Selamat dari Kapal Tenggelam
Hamzah (45) terduduk lemas di tepi ranjang ruang pasien Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Pangkalpinang, Senin (18/8) malam. Ia masih dalam kondisi trauma dan tampak kurang sehat. Tubuhnya masih sakit, dengan beberapa luka lecet yang menghiasi kedua tangannya yang hitam akibat terbakar sinar matahari.
Kejadian ini terjadi setelah kapal nelayan KM Osela yang dikemudikannya tenggelam akibat gelombang tinggi. Hamzah hanyut selama empat hari di tengah laut sebelum akhirnya ditemukan dan dievakuasi. Anaknya, Riski (22), serta tujuh ABK lainnya masih hilang dan belum diketahui nasibnya.
Perjalanan Pelayaran yang Berakhir Tragis
Hamzah menceritakan awal pelayaran yang tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. KM Osela meninggalkan Pelabuhan Tanjungpandan bersama dirinya sebagai nakhoda dan delapan ABK pada Kamis (14/8) pagi. Mereka menuju perairan Karang Mardalena, utara Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah, untuk mencari ikan.
“Kami berangkat jam 07.00 WIB pagi dan sempat melakukan aktivitas menangkap ikan di perairan Karang Mardalena,” ujar Hamzah saat ditemui di ruang kesehatan. Namun, Jumat (15/8) sekitar pukul 04.00 WIB, angin kencang dan gelombang tinggi datang tiba-tiba, membawa malapetaka bagi mereka.
Saat kejadian, semua ABK sedang tidur. Kapal KM Osela yang mereka tumpangi memang dalam kondisi hidup, tetapi tidak mampu melawan ganasnya cuaca. Dalam sekejap, kapal hancur dan tenggelam setelah dihantam ombak besar.
Bertahan Hidup di Atas Kamar Kapal
Menurut Hamzah, saat sadar, bagian depan mesin sudah dipenuhi air. Mereka berusaha menyelamatkan diri agar tidak tenggelam. Namun, kapal tetap tenggelam, dan mereka bertahan di bagian atas kamar kapal yang masih terapung.
Selama bertahan di atas kamar kapal, mereka tidak makan dan hanya bertahan dengan sisa air minum sebanyak 10 gelas. Akhirnya, Hamzah terpisah dari delapan rekan yang sebelumnya bersama-sama berada di atas kamar kapal. Ia kemudian mencari pertolongan dengan berenang.
Perjalanan Menyelamatkan Diri
Hamzah mengaku sempat terombang-ambing berenang menggunakan gabus selama kurang satu hari satu malam untuk mencari pertolongan. Akhirnya, ia bisa bersandar di salah satu bagan yang ada di perairan Dusun Tuing, Desa Mapur, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Senin (18/8) pagi.
“Saya bertahan dan berenang satu hari satu malam, mencari pertolongan dan Alhamdulillah selamat,” ujarnya.
Meski berhasil selamat, Hamzah masih trauma dan resah karena delapan rekannya masih belum ditemukan. Ia memohon doa agar anak dan kru lainnya segera ditemukan dan mendapatkan pertolongan.
Proses Evakuasi oleh Tim SAR
Sebelumnya, Hamzah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan dari Kantor SAR Pangkalpinang, Dit Polairud Polda Babel, BPBD Bangka, dan sejumlah nelayan setempat. Proses pencarian dilakukan dengan berbagai metode, termasuk penggunaan kapal KN SAR Karna dan helikopter jenis Helly BO 105/P1102 milik Polda Babel.
Kepala Kantor SAR Pangkalpinang, I Made Oka Astawa menjelaskan bahwa pencarian dilakukan dengan luas area sebesar 418 Nautical Mile persegi. Metode pencarian dilakukan secara visual di atas permukaan air.
Proses pencarian dimulai pukul 12.10 WIB siang dan langsung menuju lokasi ditemukannya korban atas nama Hamzah. Korban kemudian direncanakan akan dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Untuk pencarian delapan korban lainnya, helikopter BO 105/P-1102 mulai beroperasi pukul 16.10 WIB. Sampai saat ini, pencarian belum membuahkan hasil. Tim SAR akan melakukan debriefing dan perencanaan operasi SAR untuk keesokan harinya.
Informasi Awal tentang Kecelakaan
Sebelumnya, Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas B Pangkalpinang menerima informasi kecelakaan kapal KM Osela yang pecah akibat cuaca buruk dan tenggelam di perairan Karang Mardalena, Pulau Gelasa. Informasi tersebut diterima dari Afen pada pukul 11.27 WIB.
Afen menemukan satu orang yang tersangkut di bagan miliknya mengapung menggunakan alat apung gabus dalam keadaan selamat. Korban pertama atas nama Hamzah adalah kapten KM Osela. Berdasarkan penuturan kapten kapal, kapal berangkat dari Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan pada 14 Agustus 2025 dengan jumlah personil 9 orang.
Pada tanggal 15 Agustus 2025 pukul 04.00 WIB, kapal pecah saat menghadapi cuaca buruk dan langsung tenggelam di Perairan Mardalena, sebelah utara Pulau Gelasa.