Berdasarkan Pengunduran Diri Dirut Agrinas, Ekonom: Koordinasi Harus Jelas, Prioritas dan Transparan

Featured Image

Kepemimpinan yang Tidak Stabil di Sektor Pangan

Pengunduran diri Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara, Joao Angelo De Sousa Mota, menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas birokrasi Danantara Indonesia. Sebagai badan pengelola investasi negara, Danantara seharusnya menjadi motor utama dalam mewujudkan program ketahanan pangan yang telah ditetapkan pemerintah. Namun, kejadian ini mengisyaratkan adanya hambatan dalam proses pengambilan keputusan yang bisa mengganggu realisasi target-target strategis.

Peran PT Agrinas Pangan Nusantara dalam Swasembada Pangan

PT Agrinas Pangan Nusantara dibentuk untuk memainkan peran penting dalam upaya swasembada pangan. Dari mulai produksi di dalam negeri, pemanfaatan lahan strategis seperti sawit, hingga pengurangan ketergantungan impor, semua ini dilakukan dengan tujuan menciptakan sistem pangan yang lebih mandiri dan stabil. Namun, mundurnya kepemimpinan perusahaan ini menjadi preseden buruk yang berpotensi menghambat pencapaian target tersebut.

Pentingnya Profesionalisme dan Transparansi

Menurut Abra Talattov, Head of Center of Food, Energy and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef), kepemimpinan di sektor strategis seperti pangan tidak boleh diganggu oleh tarik-menarik birokrasi. Proses pengambilan keputusan di Danantara harus gesit, transparan, dan responsif agar cita-cita ketahanan pangan bisa diwujudkan. Selain itu, Danantara sebagai pengelola dana negara harus bersifat profesional dan objektif, dengan mempertimbangkan kelayakan teknis, finansial, serta dampak terhadap ketersediaan pangan.

Situasi yang Mengkhawatirkan di Sektor Pangan

Saat ini, situasi di sektor pangan sangat mengkhawatirkan. Harga beras melonjak tajam, bahkan jauh di atas harga eceran tertinggi (HET). Di wilayah Indonesia timur, harga beras kini mencapai Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu per kilogram. Hal ini menunjukkan urgensi yang tinggi untuk mempercepat langkah-langkah yang diperlukan. Birokrasi yang panjang menciptakan opportunity cost yang tinggi, terutama di sektor pangan yang sensitif terhadap musim tanam dan dinamika pasar global. Pengambilan keputusan harus cepat agar momentum tidak hilang.

Solusi untuk Memperbaiki Koordinasi

Solusinya adalah dengan memperbaiki mekanisme koordinasi antara Danantara dan BUMN. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran APBN sebesar Rp 8 triliun untuk dukungan ketahanan pangan melalui PT Agrinas Pangan Nusantara. Dengan demikian, perlu ada batasan waktu yang jelas untuk setiap proposal yang diajukan agar bisa segera disetujui dan diputuskan.

Fokus Danantara yang Tidak Jelas

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai bahwa Danantara terlalu sibuk dengan restrukturisasi BUMN yang bermasalah, sehingga kurang fokus pada program strategis seperti ketahanan pangan. Danantara mengelola dana dividen yang besar, tetapi karena banyaknya masalah utang, program ketahanan pangan justru menjadi prioritas yang terabaikan.

Masalah Biaya dan Ketidakjelasan Proyek

Bhima juga menyebutkan bahwa PT Agrinas Pangan Nusantara telah beberapa kali mengajukan dana feasibility studies atau uji kelayakan, tetapi tidak mendapat respon yang memadai. Birokrasi yang berbelit-belit ini menimbulkan pertanyaan tentang fokus Danantara. Keberadaannya justru memperumit dan memperpanjang rantai birokrasi, bukan mendukung efisiensi bisnis.

Perlu Transparansi dalam Pengambilan Keputusan

Danantara juga tidak pernah jelas terhadap proyek yang hendak didanai. Publik tidak bisa melihat proyek apa saja yang sedang dikerjakan. Tiba-tiba muncul proyek kilang minyak, gasifikasi batu bara, maupun restrukturisasi Garuda Indonesia. Persepsi yang muncul adalah Danantara kehilangan fokus. Tanpa kejelasan kriteria program prioritas, syarat proyek, perolehan keuntungan, dan penyerapan tenaga kerja yang transparan, hampir semua BUMN merasa bingung.

Dengan kondisi seperti ini, momentum penting untuk transparansi pemilihan proyek yang dibiayai Danantara harus segera diambil. Supaya tidak terjadi lagi kejadian seperti yang dialami oleh direktur Agrinas yang merasa diping-pong.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال

Bot Trading Spot Binance dan Bitget

Bot perdagangan crypto menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dapat membantu Anda dalam melakukan perdagangan crypto di Market Spot (Bukan Future) secara otomatis dengan mudah dan efisien serta anti loss. Sistem Aiotrade terintegrasi dengan Exchange terbesar di dunia (Binance dan Bitget) melalui Manajemen API.