
Kehidupan yang Berubah: Tangis Haru Saat Listrik Masuk ke Rumah Wiwik
Di sebuah dusun kecil di Sungai Dungun, Mempawah, Kalimantan Barat, sebuah momen yang tak terlupakan terjadi. Pada Rabu 20 Agustus 2025, listrik gratis dinyalakan di rumah Wiwik Handayani. Kejadian ini mengundang tangis haru dari seluruh keluarga dan tetangga sekitar.
Wiwik adalah sosok perjuangan. Ia harus hidup sendirian setelah ditinggalkan oleh suaminya. Dengan empat anak yang harus ia tangani, ia berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai penjual minuman kesehatan, ia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Meski lelah dan keringat terus mengalir, ia tidak pernah menyerah. Di balik itu, ada empat buah hati yang menjadi sumber kekuatan dan alasan untuk terus bertahan.
Namun, selama delapan tahun terakhir, ada satu impian sederhana yang belum terwujud: memiliki listrik di rumah sendiri. Selama ini, Wiwik hanya bisa menumpang dari tetangga. Ketika pasokan listrik terbatas, ia dan anak-anak harus rela beristirahat dalam gelap, ditemani lampu minyak atau bohlam redup.
“Setiap malam saya selalu berdoa, semoga suatu hari anak-anak bisa belajar dengan tenang tanpa takut lampu padam. Saya ingin rumah ini terang, hangat, dan penuh tawa,” ujar Wiwik dalam wawancara yang dilakukan pada Jumat 22 Agustus 2025.
Bagi Wiwik, listrik bukan hanya tentang cahaya. Ini adalah harapan baru bagi anak-anaknya agar bisa belajar lebih baik dan meraih cita-citanya. “Anak-anak bisa belajar lebih baik, bisa meraih cita-cita mereka,” tambahnya.
Program LUTD: Bantuan Gotong Royong dari PLN
Manager PLN UP3 Mempawah, Abdul Azis, menjelaskan bahwa Wiwik hanyalah salah satu dari puluhan warga yang mendapatkan manfaat dari program LUTD (Listrik Untuk Daerah Terpencil). Di wilayah kerja PLN UP3 Mempawah, sebanyak 40 rumah warga kurang mampu berhasil dialiri listrik melalui program ini. Angka ini menjadi yang terbanyak dibanding unit PLN lainnya di Kalimantan Barat.
Azis menambahkan bahwa program LUTD tidak menggunakan dana perusahaan. Semua pendanaan berasal dari donasi sukarela pegawai PLN. “Inilah bukti nyata gotong royong insan PLN untuk membantu sesama. Listrik tidak hanya tentang energi, tetapi juga tentang menghadirkan keadilan dan pemerataan bagi masyarakat,” jelasnya.
Makna Lebih Dalam dari Program LUTD
General Manager PLN UID Kalimantan Barat, Maria G.I. Gunawan, menegaskan bahwa program ini memiliki makna yang lebih dalam. “Setiap rumah yang terang hari ini adalah simbol kasih. Program ini lahir dari hati para pegawai PLN yang rela menyisihkan sebagian rezekinya. Bagi kami, menyalakan listrik bukan sekadar pekerjaan, tetapi tentang menyalakan harapan,” tuturnya dengan penuh haru.
Ia juga menekankan bahwa setiap langkah kecil yang dilakukan oleh PLN dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat. “Kini, di rumah sederhana Wiwik, cahaya lampu bukan lagi sekadar penerang malam. Ia adalah simbol doa yang terjawab, harapan yang hidup kembali, dan bukti nyata bahwa kasih dan gotong royong mampu mengubah hidup seseorang,” pungkasnya.
Perubahan yang Nyata
Keberhasilan program LUTD menunjukkan bahwa dengan kolaborasi dan komitmen, perubahan nyata bisa tercapai. Tidak hanya bagi Wiwik, tetapi juga bagi banyak warga lainnya yang sebelumnya hidup dalam gelap. Listrik menjadi simbol harapan, kesempatan, dan keadilan.
Program ini juga menjadi contoh bagaimana kepedulian dan solidaritas antar sesama bisa mengubah kehidupan seseorang. Dari tangis haru yang tercipta saat listrik pertama kali menyala, terlihat betapa pentingnya hadirnya energi dalam kehidupan sehari-hari. Di balik itu, ada ribuan cerita serupa yang masih menanti untuk diwujudkan.