
Kehidupan dan Perjalanan Juan Reza: Dari Kuli Bangunan ke Bintang Musik Nasional
Nama Juan Reza kini menjadi salah satu yang paling dikenal dalam dunia musik Indonesia. Lagu-lagunya, seperti “Pica-Pica” dan “Tabola Bale”, telah mengguncang media sosial dan menarik perhatian banyak orang. Lagu-lagu tersebut bukan hanya viral, tetapi juga menjadi simbol semangat dari daerah Timur Indonesia yang ingin tampil di panggung nasional.
Lirik-lirik yang dibawakan Juan sangat mudah diingat, namun di balik itu tersembunyi makna emosional dan budaya yang dalam. Hal ini membuatnya berbeda dari banyak musisi lain yang sering kali hanya fokus pada kesan pertama. Beberapa lagu lain yang juga populer antara lain “Nona NTT”, “Ubur-Ubur Ikan Lele”, “Nyong Timur”, “Nona Minang”, “Dansa”, “Tunggu Kaka Pulang”, “Elele 2”, dan “Jamila”. Semua lagu ini memiliki ciri khas yang kental akan nuansa lokal dan sederhana.
Pada tanggal 11 Agustus 2025, Juan tampil membawakan “Tabola Bale” dalam pembukaan pameran pembangunan di Kota Kupang, NTT. Penampilannya menjadi tanda bahwa musik dari Timur tidak lagi berada di pinggiran, melainkan mampu bersaing di tingkat nasional. Dan pada tanggal 17 Agustus 2025, ia akan tampil di Istana Negara bersama Jacson Zeran dan Diva Aurel dalam perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Ini adalah pencapaian besar bagi seorang musisi yang dulunya bekerja sebagai kuli bangunan.
Juan lahir dan besar di Batam, namun darah Ende Lio mengalir kuat dalam dirinya. Ia pernah bekerja sebagai kernek, beralih dari satu proyek bangunan ke proyek lain tanpa latar belakang pendidikan pertukangan. Namun, dengan tekad dan semangat untuk mengubah nasib, ia mulai menulis lagu di sela-sela waktu kerja. Suara palu, denting besi, dan ritme kerja fisik menjadi inspirasi beat-beat awal yang kini menjadi ciri khas musiknya.
Perjalanan Juan berubah drastis ketika ia bertemu Toton Caribo, yang mengajaknya ke Yogyakarta untuk berkolaborasi. Di kota budaya tersebut, Juan mulai menemukan jalur yang membawanya ke panggung-panggung besar. Lagu-lagunya mulai dikenal, dan satu per satu mulai viral. Namun di balik popularitas, Juan tetap memegang prinsip bahwa musik adalah jalan untuk belajar dan berkontribusi.
Ia pun melanjutkan pendidikan formal dan berhasil lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Bagi Juan, gelar bukan sekadar simbol akademik, melainkan bukti bahwa belajar bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya berkomitmen pada musik, tetapi juga pada pengembangan diri secara keseluruhan.
Di tengah gelombang algoritma media sosial seperti TikTok yang kini membuka ruang bagi musik daerah, Juan Reza berdiri sebagai representasi suara Timur yang autentik. Ia bukan hanya musisi, tapi juga simbol harapan bahwa mimpi besar bisa tumbuh dari tempat yang sederhana.
Kini, panggung demi panggung ia tapaki. Dari kota ke kota, dari layar ponsel ke layar televisi nasional, bahkan hingga panggung internasional. Tapi satu hal tetap ia bawa: suara Timur yang jujur, dan semangat untuk terus berkarya. Juan Reza adalah bukti bahwa dengan tekad dan semangat, siapa pun bisa meraih impian.