Khutbah Jumat: Kemuliaan bagi Para Pekerja dan Pencari Nafkah
Puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita semua. Segala puji hanya layak disampaikan kepada-Nya, baik dalam keadaan senang maupun sedih. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang menjadi teladan bagi umat manusia.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah, salah satu rukun utama dalam ibadah shalat Jumat adalah penyampaian khutbah oleh khatib. Dalam Islam, khutbah harus disampaikan dengan singkat agar tidak membosankan para jemaah. Hal ini didasarkan pada hadis yang menyebutkan bahwa panjangnya sholat dan pendeknya khutbah menunjukkan tingkat pemahaman seseorang tentang agama. Oleh karena itu, khatib diharapkan memperpanjang sholat dan mempersingkat khutbah, karena dalam penjelasan singkat terdapat daya tarik yang kuat.
Dalam konteks ini, topik khutbah kali ini mengajak kita untuk mempersiapkan bekal akhirat sebelum datang kematian. Kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda. Banyak orang lalai karena mengira masih memiliki waktu panjang, padahal ajal bisa datang kapan saja. Maka dari itu, marilah kita memanfaatkan setiap detik hidup dengan amal kebaikan, agar tidak menyesal ketika maut menjemput.
Ayat Al-Qur’an yang Mengingatkan Kita
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa takwa adalah bekal terbaik yang akan kita bawa ke akhirat. Selain itu, Allah juga berfirman:
“Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” (QS Al-A’raf, [7]: 34)
Kematian datang tanpa aba-aba, bahkan bisa menjemput kita di tengah tawa atau rencana. Maka dari itu, mari kita selalu siap dalam menjalani kehidupan ini dengan amal saleh dan kebaikan.
Keistimewaan Waktu Kematian yang Disembunyikan
Allah menyembunyikan waktu kematian agar kita senantiasa mengingatnya dan bersiap-siap. Seperti yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi, keistimewaan ini adalah agar setiap manusia selalu istiqamah dalam melakukan amal saleh. Dengan demikian, kita tidak akan merasa rugi jika suatu hari kematian menjemput.
Dalam kitab Tafsir asy-Syarawi al-Khawathir, jilid XIX, halaman 176, disebutkan bahwa:
“Allah menyembunyikan (waktu) kiamat dan menyembunyikan (waktu) kematian agar kita senantiasa mengingatnya dan selalu mengantisipasinya di setiap saat, sehingga kita beramal untuknya.”
Karenanya, mari kita gunakan peran dan profesi masing-masing untuk menyiapkan bekal akhirat. Pegawai, karyawan, pejabat, petani, buruh, pedagang, dan semua profesi lainnya, marilah bekerja dengan jujur dan ikhlas. Setiap tindakan baik yang dilakukan dengan niat untuk Allah akan menjadi amal besar di sisi-Nya.
Contoh dari Ulama dalam Persiapan Kematian
Para ulama sangat menjaga setiap kesempatan untuk melakukan kebaikan. Bahkan ada yang selama tiga puluh tahun mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Seperti yang dikatakan oleh al-Qa’qa’ bin Hakim:
“Aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian sejak tiga puluh tahun yang lalu. Maka andai saja kematian datang menjemputku sekarang, aku tidak akan ingin menunda satu urusan pun dari urusan yang lain.”
Maka dari itu, marilah kita memperbanyak amal yang bermanfaat, karena sungguh merugi orang-orang yang hidupnya hanya untuk menunda amal saleh.
Penutup
Semoga khutbah ini menjadi peringatan yang menggugah hati kita, menjadi pelita yang menuntun langkah kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal terbaik menuju kehidupan abadi. Amin ya rabbal alamin.
Barakallah liy wa lakum, semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi kita semua. Dan terima kasih atas perhatian kalian.