
Jakarta yang Tidak Hanya Metropolitan
Sebagai kota metropolitan, Jakarta dikenal dengan berbagai pusat perbelanjaan, kuliner modern, gedung pencakar langit, hingga museum-museum perkotaan. Namun, di balik kehidupan urban yang dinamis, Jakarta juga menyimpan jejak sejarah panjang yang erat kaitannya dengan wisata religi. Salah satu destinasi religi bersejarah yang jarang diketahui adalah makam Pangeran Jayakarta di kawasan Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur.
Sosok Pangeran Jayakarta, Pejuang Melawan VOC
Nama Pangeran Jayakarta tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah Jakarta. Ia memiliki nama asli Achmad Djakerta dan merupakan keturunan dari Kesultanan Banten. Pada abad ke-17, ia memimpin perlawanan terhadap kesewenang-wenangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang ingin menguasai pelabuhan Sunda Kelapa. Awalnya, Pangeran Jayakarta berhasil mengusir VOC dari Sunda Kelapa. Namun, serangan balik Belanda dengan kekuatan lebih besar membuat pasukan Pangeran Jayakarta terdesak.
Pada 30 Mei 1619, VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen berhasil membakar kota Jayakarta, sehingga Pangeran dan pasukannya mundur ke arah selatan. Mereka kemudian bersembunyi di kawasan hutan jati yang masih lebat. Dari tempat persembunyian itulah lahir sebuah permukiman baru yang dinamakan Jatinegara, yang hingga kini masih menjadi salah satu kawasan penting di Jakarta Timur.
Wafat dan Dimakamkan di Jatinegara
Pangeran Jayakarta wafat pada tahun 1640. Ia dimakamkan di kawasan Jatinegara Kaum, yang kini menjadi salah satu cagar budaya DKI Jakarta. Di area pemakaman itu, terdapat pula makam anak, cucu, serta kerabat dekatnya. Di samping pusara Pangeran Jayakarta, terdapat makam Pangeran Lahut (putranya), Pangeran Soeria (cucunya), serta Pangeran Sageri yang berperan penting dalam pembangunan masjid pertama di kawasan tersebut. Semua makam ini berada dalam sebuah cungkup yang dibangun oleh para keturunan Pangeran Jayakarta.
Masjid Jami Assalafiyah, Warisan Sejak 1619
Tak jauh dari makam, berdiri Masjid Jami Assalafiyah yang juga memiliki sejarah panjang. Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1619 oleh Pangeran Jayakarta bersama pengikutnya. Meski bangunan aslinya sudah mengalami banyak renovasi, nilai sejarah masjid tetap terjaga. Masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat strategi perjuangan melawan Belanda pada masa itu.
Satu tokoh yang berperan penting dalam pembangunan masjid ini adalah Pangeran Sageri. Ia ditunjuk langsung oleh Pangeran Jayakarta untuk mengatur pembangunan rumah ibadah tersebut. Masjid Jami Assalafiyah kemudian menjadi salah satu titik penting penyebaran Islam di kawasan Jatinegara sekaligus pusat konsolidasi perjuangan rakyat.
Kisah Wasiat yang Menyertai Makam Pangeran Jayakarta
Menariknya, makam Pangeran Jayakarta dulunya sempat dirahasiakan dari publik. Menurut cerita yang berkembang, sebelum wafat ia berpesan kepada keturunannya agar letak makam tidak diberitahukan selama Belanda masih berkuasa di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sekitar sempat tidak mengetahui keberadaan makam tersebut. Baru setelah Indonesia merdeka, lokasi makam Pangeran Jayakarta diumumkan dan ditetapkan sebagai bagian dari situs sejarah dan religi Jakarta.
Kini, makam ini tidak hanya menjadi tempat ziarah masyarakat Jakarta, tetapi juga peziarah dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara.
Tradisi Ziarah dan Acara Seremonial
Hingga kini, makam Pangeran Jayakarta kerap menjadi lokasi ziarah resmi. Setiap Hari Ulang Tahun (HUT) DKI Jakarta pada 22 Juni, pejabat daerah, mulai dari Gubernur hingga Wali Kota Jakarta Timur, berziarah ke makam ini. Selain itu, setiap 23 Desember, Pangdam Jaya juga rutin mengunjungi makam Pangeran Jayakarta dalam rangkaian acara seremonial, karena lambang Jayakarta masih digunakan hingga kini.
Tidak hanya dari kalangan pejabat, masyarakat umum pun banyak yang datang untuk berziarah dan berdoa di area pemakaman. Tempat ini dipercaya sebagai lokasi yang penuh berkah dan memiliki nilai spiritual tinggi.
Nilai Sejarah dan Religi di Tengah Jakarta Modern
Makam Pangeran Jayakarta menjadi pengingat bahwa Jakarta tidak hanya tentang gedung pencakar langit dan pusat hiburan modern. Di balik wajah metropolitan, tersimpan jejak sejarah perjuangan seorang pangeran yang rela berkorban demi rakyatnya. Bagi wisatawan, tempat ini menghadirkan dua nilai sekaligus: wisata religi dan wisata sejarah.
Dari sisi religi, pengunjung bisa berziarah serta berdoa di makam seorang tokoh penting penyebar Islam di Jakarta. Dari sisi sejarah, pengunjung bisa belajar tentang perjalanan panjang Jakarta dari masa Jayakarta hingga menjadi Batavia, dan kini Jakarta.
Lokasi dan Akses
Makam Pangeran Jayakarta berada di kawasan Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur. Lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Pengunjung juga bisa sekaligus singgah ke Masjid Jami Assalafiyah, yang letaknya berdekatan dengan area makam. Sebagai cagar budaya, kawasan ini sudah dilengkapi dengan akses jalan dan gapura yang memudahkan pengunjung. Suasana sekitar pun cukup tenang, sehingga cocok bagi wisatawan yang ingin melakukan perjalanan spiritual di tengah kesibukan ibu kota.