
Film Horor Indonesia yang Mengangkat Tragedi Sosial
Film horor Indonesia selalu memiliki daya tarik khusus bagi penonton. Tidak hanya karena adegan menyeramkan, tetapi juga karena sering kali mengangkat isu-isu yang berakar dari realitas sosial dan mitos masyarakat. Pada tahun 2025, industri perfilman tanah air kembali diguncang dengan hadirnya film bertajuk “Pembantaian Dukun Santet”, sebuah karya yang kontroversial sekaligus memancing rasa penasaran publik.
Judul film ini langsung menjadi sorotan, bukan semata karena sifatnya yang provokatif, melainkan juga karena berani mengangkat isu sensitif yang pernah tercatat dalam sejarah kelam Indonesia. Lalu, apa saja fakta menarik di balik film ini?
Terinspirasi dari Tragedi Nyata
Sutradara film “Pembantaian Dukun Santet” menjelaskan bahwa cerita yang diangkat memang terinspirasi dari tragedi sosial di akhir 1990-an, di mana banyak orang yang dituduh sebagai dukun santet dibunuh secara massal di Jawa Timur. Meski film ini bukan dokumenter, elemen sejarah nyata tetap dijadikan latar untuk menghadirkan nuansa otentik.
Tragedi itu kini kembali diangkat dalam balutan film horor-thriller, dengan harapan membuka mata penonton tentang bagaimana rasa takut, rumor, dan stigma bisa berubah menjadi kekerasan yang mengerikan.
Kisah yang Mencekam
Secara garis besar, film ini bercerita tentang sebuah desa kecil yang dihantui serangkaian kematian misterius. Warga yang dilanda ketakutan mulai menuduh beberapa orang tua di kampung sebagai dukun santet. Tuduhan itu memicu amarah kolektif, hingga berujung pada pembantaian brutal.
Meski bernuansa horor, film ini tidak hanya menampilkan teror supranatural, melainkan juga memperlihatkan sisi gelap manusia. Penonton diajak untuk bertanya-tanya: apakah ancaman sebenarnya datang dari santet, atau justru dari amarah manusia yang kehilangan kendali?
Produksi yang Penuh Tantangan
Membuat film dengan tema sensitif tentu bukan perkara mudah. Sang sutradara mengaku melakukan riset panjang, termasuk membaca arsip berita lama, mewawancarai tokoh masyarakat, hingga mendalami budaya Jawa Timur. Tujuannya agar cerita yang dihadirkan tidak hanya sekadar sensasi, tetapi juga memiliki kedalaman pesan sosial.
Selain itu, tim produksi menghadapi tantangan dalam menggambarkan adegan pembantaian. Mereka berusaha menjaga keseimbangan antara kebutuhan dramatisasi film dengan sensitivitas terhadap korban nyata dari peristiwa serupa di masa lalu.
Aktor dan Akting yang Memukau
Film ini dibintangi oleh sejumlah aktor papan atas yang dikenal piawai membawakan karakter kompleks. Pemeran utama berhasil menampilkan sisi dilema moral antara percaya pada mitos atau menolak arus massa. Sementara para pemeran pendukung menghadirkan nuansa realistis dari masyarakat desa yang hidup dalam ketakutan.
Chemistry antar pemain serta akting yang emosional membuat film ini terasa hidup dan menegangkan dari awal hingga akhir.
Pesan Sosial yang Tersirat
Meski dikemas sebagai film horor, “Pembantaian Dukun Santet” sebenarnya menyimpan pesan sosial yang dalam. Film ini mengingatkan penonton bahwa isu santet dan mistisisme, jika tidak diimbangi dengan rasionalitas, bisa menjadi pemicu kekerasan massal.
Pesan moral yang ingin disampaikan jelas: jangan sampai masyarakat terjebak dalam ketakutan kolektif yang akhirnya merenggut nyawa orang tak bersalah. Film ini sekaligus menjadi refleksi bahwa stigma dan rumor bisa lebih berbahaya daripada teror gaib itu sendiri.
Respon Publik
Sejak diumumkan, film ini menuai pro-kontra. Sebagian pihak menganggapnya penting karena berani mengangkat isu sejarah yang jarang dibicarakan. Namun, ada pula yang menilai film ini berpotensi membuka kembali luka lama.
Di media sosial, banyak penonton mengaku penasaran dengan cara film ini menggabungkan elemen horor dengan tragedi nyata. Tak sedikit pula yang berharap film ini bisa menjadi edukasi agar kejadian serupa tidak terulang.
“Pembantaian Dukun Santet (2025)” bukan sekadar film horor biasa. Ia adalah karya yang memadukan ketegangan mistis dengan refleksi sosial yang menggugah. Dengan cerita mencekam, akting memikat, serta latar sejarah nyata, film ini berhasil menjadi tontonan yang menghibur sekaligus membuka ruang diskusi.
Tragedi kelam di masa lalu mungkin tak bisa dihapus, tetapi melalui film ini, masyarakat diajak untuk belajar dan merenung: bahwa ketakutan, jika tidak dihadapi dengan akal sehat, bisa berubah menjadi monster yang jauh lebih menakutkan daripada santet itu sendiri.