
Taman Margasatwa Ragunan Siap Jalani Revitalisasi Besar-Besaran
Taman Margasatwa Ragunan, destinasi wisata ikonik di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sedang bersiap menjalani revitalisasi besar-besaran untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan kesejahteraan satwa. Pengelola menjamin bahwa proses ini tidak akan mengganggu kenyamanan satwa maupun pengunjung, yang setiap tahunnya mencapai lebih dari tiga juta orang. Dengan luas 147 hektare dan rumah bagi 2.009 ekor satwa dari 220 spesies, kebun binatang tertua di Indonesia ini menjadi salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) terbesar di Jakarta.
Rencana revitalisasi ini mencakup penataan zonasi satwa, perbaikan kandang, hingga penambahan fasilitas inovatif seperti kereta gantung untuk memudahkan mobilitas pengunjung. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, bersama para ahli, tengah menyusun Detail Engineering Design (DED) untuk memastikan proyek ini berjalan terintegrasi dan berkelanjutan, tanpa mengorbankan misi konservasi yang menjadi inti Ragunan.
Rencana Revitalisasi: Zonasi dan Kesejahteraan Satwa
Revitalisasi Taman Margasatwa Ragunan dirancang untuk menghadirkan pengalaman wisata yang lebih modern sekaligus mendukung konservasi satwa. Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, M. Fajar Sauri, menjelaskan bahwa konsep utama revitalisasi adalah penataan berbasis zonasi satwa. "Setiap area akan disusun berdasarkan klasifikasi habitat, jenis satwa, dan kebutuhan ruang hidupnya," ungkap Fajar pada 25 Juli 2025. Pendekatan ini memungkinkan satwa seperti orangutan, gajah, dan harimau Sumatra ditempatkan dalam lingkungan yang lebih mendekati habitat asli mereka, sehingga mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan satwa.
Humas Taman Margasatwa Ragunan, Wahyudi Bambang, menegaskan bahwa kesejahteraan satwa adalah prioritas utama. "Justru itu yang kami utamakan, jangan sampai revitalisasi mengganggu satwa," ujar Wahyudi pada 22 Agustus 2025. Untuk itu, renovasi kandang akan dilakukan secara bertahap, dengan satwa dipindahkan ke lokasi sementara yang aman sebelum perbaikan dimulai. Proses ini memastikan satwa tetap dalam kondisi nyaman selama pembangunan, misalnya dengan menyediakan ruang sementara yang memenuhi standar kesejahteraan seperti pencahayaan alami dan ventilasi memadai.
Pengelola juga melibatkan ahli biologi satwa dan arsitek lanskap untuk merancang kandang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, kandang primata di Schmutzer Primate Centre, yang menjadi salah satu yang terbesar di dunia, akan diperbarui dengan tambahan elemen alami seperti pohon dan aliran air untuk menyerupai hutan tropis. "Kami ingin satwa merasa seperti di rumah, bukan sekadar di kandang," tambah Wahyudi. Pendekatan ini sejalan dengan misi Ragunan sebagai pusat konservasi dan edukasi, yang setiap tahunnya menjadi laboratorium lapangan bagi pelajar dan peneliti zoologi.
Fasilitas Baru: Kereta Gantung dan Solusi Kemacetan
Salah satu ide inovatif dalam revitalisasi ini datang dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, yang dikenal dengan sapaan Bang Doel. Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @si.rano pada 24 Juli 2025, ia mengusulkan pembangunan kereta gantung untuk memudahkan mobilitas pengunjung. "Tentu kebun binatang ini harus segera direvitalisasi. Bisa dibikin semacam kereta gantung, supaya orang kalau mau ke kandang satwa jalannya nggak jauh," ujar Rano. Fasilitas ini diharapkan dapat mengatasi keluhan pengunjung tentang jarak antar kandang, yang sering membuat lelah, terutama bagi anak-anak dan lansia.
Kereta gantung ini dirancang untuk menghubungkan berbagai zona, seperti area primata, mamalia besar, dan burung, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan dari ketinggian tanpa perlu berjalan jauh. "Kereta gantung bisa mutar, memberikan pengalaman unik sekaligus praktis," tambah Rano. Selain itu, fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Ragunan sebagai destinasi wisata modern, sekaligus bersaing dengan kebun binatang lain seperti Taman Safari atau Bandung Zoo.
Kemacetan di pintu masuk, terutama saat akhir pekan dan libur nasional, menjadi perhatian serius. "Ulasan dari pengunjung menunjukkan kemacetan di pintu masuk kendaraan hingga ke jalan raya saat weekend," ungkap Rano pada 24 Juli 2025. Ia menegaskan bahwa masalah ini tidak bisa disembunyikan dan harus dievaluasi secara terbuka. Untuk mengatasinya, pengelola berencana memperluas area parkir, yang saat ini dikenakan tarif Rp15.000 untuk bus besar, Rp12.500 untuk bus kecil, Rp6.000 untuk mobil, dan Rp3.000 untuk motor. Selain itu, sistem ticketing online melalui aplikasi resmi Taman Margasatwa Ragunan akan dioptimalkan untuk mengurangi antrean di loket.
Pengelola juga mempertimbangkan pembangunan pintu masuk tambahan di sisi lain taman untuk membagi arus pengunjung. "Kami ingin memastikan pengunjung tidak hanya nyaman saat di dalam, tetapi juga saat tiba di Ragunan," tutur Wahyudi. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan di Jalan Harsono RM No. 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang menjadi alamat resmi kebun binatang ini.
Komitmen pada Konservasi dan Edukasi
Taman Margasatwa Ragunan, yang berdiri sejak 19 September 1864, memiliki peran penting sebagai pusat konservasi dan edukasi. Dengan koleksi satwa langka seperti kakatua, orangutan, gorila, anoa, dan gajah, Ragunan berkomitmen melindungi spesies dari ancaman seperti perburuan dan hilangnya habitat. "Di alam bebas, satwa menghadapi risiko besar. Di sini, kami memberikan perlindungan dengan lingkungan yang aman," jelas Wahyudi pada 22 Agustus 2025. Setiap Senin, Ragunan menerapkan "hari libur satwa" untuk memberikan waktu istirahat tanpa gangguan pengunjung, menunjukkan perhatian pada kesejahteraan hewan.
Revitalisasi ini juga akan memperkuat aspek edukasi. Program interaktif, seperti tur satwa dan pemberian makan yang dipandu petugas, akan diperluas dengan tambahan teknologi seperti augmented reality untuk menjelaskan fakta-fakta satwa kepada pengunjung. "Kami ingin anak-anak dan pelajar tidak hanya melihat satwa, tetapi juga belajar tentang pentingnya konservasi," ujar Fajar. Ragunan juga berencana meningkatkan fasilitas Children’s Zoo, yang menawarkan wahana interaktif seperti delman dan perahu bebek di danau, untuk menarik minat keluarga muda.
Anggaran revitalisasi saat ini masih dalam tahap perhitungan, menunggu penyelesaian DED. Fajar menegaskan bahwa proses ini akan transparan, dengan perkembangan diumumkan secara terbuka kepada publik. "Kami akan terus menginformasikan setiap tahapan, termasuk saat memasuki pelaksanaan fisik," katanya. Pendanaan juga akan melibatkan pihak swasta melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR), seperti yang disampaikan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung pada 14 Agustus 2025, untuk memastikan proyek ini berjalan tanpa membebani anggaran daerah.
Dampak bagi Pengunjung dan Masa Depan Ragunan
Revitalisasi ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengunjung, yang kerap memadati Ragunan saat libur panjang, seperti pada 29 Mei 2025, ketika ribuan orang memenuhi taman. Dengan tiket masuk yang tetap terjangkau dan akses mudah melalui TransJakarta (koridor 6A, 6N, atau 9) atau transportasi online, Ragunan tetap menjadi destinasi favorit keluarga Jakarta. Alamatnya di Jalan Harsono RM No. 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hanya berjarak 20 km dari pusat kota, membuatnya mudah dijangkau.
Namun, pengelola menyadari bahwa revitalisasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga keseimbangan antara inovasi dan pelestarian. "Kami tidak ingin Ragunan kehilangan identitasnya sebagai kebun binatang yang ramah keluarga dan fokus pada konservasi," tegas Wahyudi. Rencana pembukaan Ragunan di malam hari, seperti yang diusulkan Gubernur Pramono, masih dalam tahap kajian untuk memastikan tidak mengganggu ritme biologis satwa.
Dengan komitmen kuat dari Pemprov DKI dan pengelola, revitalisasi ini diharapkan menjadikan Ragunan sebagai kebun binatang bertaraf internasional, sekaligus tetap menjadi kebanggaan Jakarta. "Kami ingin Ragunan tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga simbol pelestarian flora dan fauna Indonesia," tutup Fajar. Proyek ini, jika berjalan sesuai rencana, akan memperkuat posisi Ragunan sebagai destinasi wisata edukasi yang tak hanya menarik, tetapi juga bermakna bagi generasi mendatang.