
Bencana Cuaca Ekstrem Mengancam Wilayah Tasikmalaya
Wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya kembali dihantam hujan deras yang berlangsung secara terus-menerus. Akibatnya, beberapa daerah mengalami bencana longsor dan banjir. Beberapa kejadian seperti banjir, longsor, serta rumah roboh terjadi di berbagai titik di wilayah tersebut.
Meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, kondisi ini membuat warga merasa waspada. Hujan dengan intensitas tinggi sering terjadi di kota dan kabupaten tersebut, sehingga memicu kekhawatiran akan risiko bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah Indonesia masih dalam masa musim hujan. Hanya 30% dari total Zona Musim (ZOM) yang telah memasuki musim kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan masih tinggi dan dapat terus terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa hujan akan terus terjadi meski sudah memasuki musim kemarau. Prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang dimulai sejak Mei 2025 lalu masih berlangsung hingga Oktober 2025. Curah hujan di atas rata-rata terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Menurut Dwikorita, melemahnya Monsun Australia yang terkait dengan musim kemarau menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat. Hal ini berkontribusi pada terjadinya anomali curah hujan. Selain itu, gelombang Kelvin yang aktif melintasi pesisir utara Jawa, serta pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan juga memicu penumpukan massa udara. Konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal yang kuat turut mempercepat pertumbuhan awan hujan.
Tagana Berkoordinasi dengan Instansi Terkait
Ketua Forum Koordinasi Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Tasikmalaya, Jembar Adisetya, mengatakan bahwa Tagana selalu memperingatkan warga untuk tetap siaga. Pihaknya juga melakukan koordinasi intensif dengan Kampung Siaga Bencana (KSB) serta instansi lainnya.
Jembar menjelaskan bahwa Tagana Kabupaten Tasikmalaya bersama instansi terkait terus melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan mitigasi bencana di desa-desa. Ia menekankan pentingnya peran KSB dalam penanganan bencana, karena mereka bisa bertindak lebih cepat sebelum petugas datang.
“KSB sangat penting karena mereka bisa menangani bencana lebih awal, terutama jika lokasi jauh dan sulit dijangkau,” ujar Jembar.
Pihaknya juga telah melakukan pemetaan daerah rawan bencana. Daerah yang rawan banjir antara lain Kecamatan Sukaresik, Karangnunggal, dan Cipatujah. Untuk kekeringan, daerah rawan meliputi Salawu, Jamanis, Parungponteng, Manonjaya, Cineam, dan Karang Jaya.
Daerah yang rentan longsor mencakup Cigalontang, Salawu, Parungponteng, Salopa, Jatiwaras, Cisayong, Taraju, dan Sodong Hilir. Sedangkan daerah rawan angin kencang atau putting beliung meliputi Sukaratu, Padakembang, dan Cigalontang.
Jembar menambahkan bahwa saat ini ada tambahan tiga titik yang sebelumnya tidak termasuk dalam zona rawan bencana, yaitu Singaparna, Sukahening, dan Rajapolah. Meskipun tidak masuk zona merah, ketiga daerah ini harus dimasukkan ke dalam daftar rawan karena kejadian yang cukup besar beberapa waktu lalu.