
Solusi Subsidi Lahan untuk Mengurangi Harga Rumah
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Fahri Hamzah, menyampaikan pandangan terkait solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi harga rumah, khususnya di daerah perkotaan. Ia menilai bahwa subsidi lahan bisa menjadi langkah efektif dalam memangkas biaya hunian, terutama karena target program tiga juta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah.
Fahri menjelaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan penting untuk memaksimalkan pembangunan hunian vertikal di perkotaan. Menurutnya, dengan menerapkan subsidi lahan atau bahkan menggratiskan biaya lahan, harga hunian dan cicilan yang dibayarkan oleh masyarakat bisa turun hingga 50%. Hal ini karena tanah yang digunakan berasal dari pemerintah dan tidak perlu dibebani biaya tambahan.
"Kami mengusulkan agar elemen subsidi struktur biaya perumahan perkotaan adalah harga tanah di perkotaan. Secara bersamaan dengan membangun hunian vertikal, kita jadikan tanah sebagai elemen subsidi baru," ujarnya.
Fahri juga memberikan contoh bagaimana pemerintah memiliki banyak lahan di sepanjang sungai yang sering menjadi sumber kawasan kumuh. Ia menyarankan agar lahan tersebut tidak lagi digunakan untuk pembangunan ilegal, melainkan diberikan secara gratis dan dibangun menjadi rumah vertikal dengan jumlah lantai antara lima hingga delapan lantai. Sisa lahan dari pembangunan tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang sosial atau social space.
Tiga Kategori Backlog Perumahan
Fahri mengidentifikasi saat ini ada tiga kategori backlog yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Pertama, sekitar 20 juta rumah tidak layak huni yang disebabkan oleh berbagai masalah, termasuk sanitasi yang buruk. Biasanya, jenis backlog ini terjadi di wilayah pedesaan.
Kedua, ada backlog di perkotaan yang diprediksi mencapai 10 juta unit, di mana masyarakat belum memiliki rumah. Ketiga, backlog sekitar 6 juta unit yang terdiri dari masyarakat yang tidak memiliki rumah dan tinggal di rumah tidak layak huni, yang sering menjadi sumber daerah kumuh.
"Desain kebijakan yang kami lakukan adalah fokus kepada penataan dan renovasi rumah di pedesaan sekitar 2 juta rumah, dari janji Presiden Prabowo Subianto sebanyak 3 juta per tahun," jelasnya.
Fahri menegaskan bahwa porsi besar dari kebijakan renovasi tersebut dikarenakan adanya permintaan dan kebutuhan yang besar di daerah pedesaan. Anggaran kebijakan ini akan berasal dari Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) senilai Rp21,8 juta per unit rumah.
Peran Pemerintah dalam Pembangunan Hunian
Pemerintah, menurut Fahri, akan bertanggung jawab terhadap suplai tanah dan perizinan. Sementara itu, untuk konstruksi, pemerintah berupaya mencari teknologi pembangunan hijau yang murah. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau.
Langkah-langkah seperti ini diharapkan mampu memberikan solusi nyata bagi masyarakat yang kesulitan dalam memperoleh tempat tinggal yang layak, terutama di daerah perkotaan yang semakin padat. Dengan kombinasi antara subsidi lahan, pembangunan hunian vertikal, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mempercepat pencapaian target tiga juta rumah.