
Potensi Bahaya di Balik Pemandangan Indah Lembang
Lereng Gunung Batu di Lembang, yang dikelilingi kabut tipis, menawarkan pemandangan yang memikat wisatawan. Namun di balik keindahan tersebut, tersembunyi ancaman nyata: Sesar Lembang, sebuah patahan aktif sepanjang 30 kilometer. Zona ini kini kembali menunjukkan tanda-tanda aktivitas, mengkhawatirkan para ahli dan masyarakat sekitar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya peningkatan aktivitas kegempaan sejak Juli hingga Agustus 2025. Dalam satu bulan, segmen Cimeta di barat Lembang diguncang enam kali gempa dengan magnitudo kecil, mulai dari 1,7 hingga 2,3. Data jangka panjang juga menunjukkan bahwa sejak tahun 2010, telah terjadi 18 kali gempa akibat pergerakan sesar ini.
Penelitian Mengungkap Risiko yang Mengancam
Agung Mulko dan Faisal Helmi, dosen Geologi Universitas Padjadjaran, sudah sejak 2007 memberikan peringatan tentang potensi bahaya Sesar Lembang. Dalam jurnal mereka berjudul "Sesar Lembang dan Risiko Kegempaan", mereka memetakan jalur patahan yang membujur dari Cisarua, Maribaya, hingga Ujungberung. Mereka menemukan bahwa batuan yang tampak keras justru rapuh karena dipenuhi rekahan. Hal ini membuat gelombang gempa lebih mudah menyebar dan menghantam permukaan bumi.
“Apabila terjadi gerakan pada kulit bumi maka rambatan gelombangnya lebih mudah disalurkan melalui bidang patahan,” tulis keduanya dalam penelitian. “Wilayah di sepanjang zona sesar rentan terhadap getaran yang akhirnya dapat merusak infrastruktur di atasnya.”
Wilayah Paling Rawan di Lembang
Berdasarkan kajian tersebut, beberapa wilayah di sepanjang jalur sesar dinyatakan sangat rawan. Di antaranya adalah:
- Kota Lembang dan Pasar Lembang
- Teropong Bintang Bosscha
- Lokasi wisata Maribaya
- Permukiman sekitar Desa Cibodas
- Deretan vila, hotel, dan resort di barat Lembang
Laporan dari BPBD Bandung Barat menyebutkan bahwa ada 20 desa di empat kecamatan yang masuk kategori zona bahaya. Jumlah penduduk yang terpapar risiko mencapai sekitar 155 ribu orang, dengan estimasi potensi kerugian mencapai Rp4 triliun jika gempa besar terjadi.
Sesar Aktif yang Tak Pernah Benar-Benar Tidur
Institut Teknologi Bandung (ITB) mencatat laju pergeseran Sesar Lembang mencapai 5 milimeter per tahun. BMKG menegaskan bahwa aktivitas seismik di jalur ini masih berlangsung aktif hingga saat ini. Meskipun demikian, zona sesar ini juga menjadi sumber daya ekonomi. Wisata alam, resort, hingga vila mewah tumbuh subur di atas tanah yang rawan gempa.
Para peneliti pun mengingatkan pemerintah daerah agar pembangunan tidak melupakan aspek geologi. Sesar Lembang ibarat naga yang tidur panjang—kadang menggeliat dengan gempa kecil, namun menyimpan potensi guncangan besar yang bisa mengubah wajah Bandung Raya dalam sekejap.