Film Red Sonja Diterima Buruk oleh Penonton, Mengapa?

Featured Image

Pengalaman Penonton Terhadap Film Red Sonja Versi 2025

Film Red Sonja yang dirilis pada tahun 2025 menjadi salah satu proyek film yang ditunggu-tunggu oleh penggemar genre fantasi. Sebagai reboot dari karakter ikonik, film ini berusaha menghidupkan kembali sosok pemburu barbarian legendaris ke layar lebar. Namun, meski telah melalui proses produksi yang cukup panjang, penayangannya tidak sepenuhnya mendapat sambutan positif dari para penonton.

Banyak penggemar menilai bahwa efek visual yang digunakan dalam film terasa kurang memadai. Beberapa adegan dengan sudut pandang luas, seperti pemandangan kota atau arena pertarungan, justru memperlihatkan keterbatasan anggaran. Hal ini membuat emosi penonton sulit untuk terbangun, karena kesan kualitas visual yang tidak meyakinkan.

Menurut sejumlah ulasan, pertarungan awal antara Red Sonja dan Dark Annisia disebut sebagai adegan yang "choppy" dan kurang nyaman untuk ditonton. Koreografi aksi yang tidak mulus membuat ritme film terasa patah-patah, padahal duel di awal seharusnya bisa menjadi pembuka yang menarik perhatian penonton.

Film ini juga mencoba menggabungkan nuansa B-movie dengan elemen fantasi epik. Namun, peralihan antara drama serius dan humor yang tiba-tiba sering kali terasa tidak alami. Hal ini menyebabkan audiens merasa bingung dalam menangkap identitas cerita yang ingin disampaikan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah untuk memperbarui karakter Sonja agar lebih berorientasi pada empowerment dan tidak lagi terjebak dalam pandangan patriarki. Meski langkah ini mendapat apresiasi, beberapa penggemar lama menilai bahwa perubahan tersebut belum konsisten. Contohnya, kostum dengan bagian perut terbuka dianggap sebagai kemunduran bagi citra sosok pejuang wanita yang seharusnya tangguh.

Motivasi utama Sonja, yaitu balas dendam setelah desanya dihancurkan, dinilai terlalu klise. Alur cerita yang klasik tanpa kejutan baru membuat film kehilangan daya tarik, terlebih ketika latar dunia Hyborian Age hanya dijadikan hiasan tanpa eksplorasi lebih dalam.

Seorang penonton di situs Rotten Tomatoes, @Julian Lyte, bahkan menulis, "Film ini hanya membuang-buang waktu saya. Saya tidak suka mengkritik habis-habisan karya kreatif orang lain, tapi ini benar-benar buruk, dan saya tidak akan merekomendasikannya kepada siapa pun." Ulasan serupa juga muncul di IMDb, di mana walau ada yang menikmati aksi dan penampilan Matilda Lutz, banyak yang kecewa karena cerita dianggap tidak konsisten dan perubahan karakter Sonja tidak sesuai harapan.

Meskipun demikian, kritik keras ini bisa menjadi bahan refleksi bagi para pembuat film fantasi. Efek visual yang kurang meyakinkan, koreografi aksi yang lemah, serta cerita yang klise menunjukkan bahwa kesan epik saja tidak cukup. Konsistensi tone dan inovasi narasi sama pentingnya dalam menciptakan pengalaman menonton yang memuaskan.

Kini, harapan publik tertuju pada kemungkinan hadirnya director’s cut atau perbaikan pascarilis yang bisa menyelamatkan reputasi Red Sonja. Sementara menunggu, penggemar genre sword-and-sorcery bisa menjajal tontonan lain seperti The Northman, Conan the Barbarian, atau serial The Witcher untuk merasakan atmosfer fantasi yang lebih matang. Perjalanan sang pendekar berpedang ini tampaknya masih jauh dari kata usai.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال

Bot Trading Spot Binance dan Bitget

Bot perdagangan crypto menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dapat membantu Anda dalam melakukan perdagangan crypto di Market Spot (Bukan Future) secara otomatis dengan mudah dan efisien serta anti loss. Sistem Aiotrade terintegrasi dengan Exchange terbesar di dunia (Binance dan Bitget) melalui Manajemen API.