
Peran Industri Alas Kaki dalam Perekonomian Indonesia
Industri alas kaki di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang pesat, salah satunya melalui ekspor sepatu merek Converse yang diproduksi oleh industri di Batang, Jawa Tengah. Ekspor ini dilakukan oleh PT Yih Quan dengan nilai USD 100.000 ke Amerika Serikat dan USD 60.000 ke Australia. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa ekspor ini menjadi bukti nyata kekuatan ekosistem industri alas kaki Indonesia.
Menperin menjelaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, kawasan industri Batang, asosiasi APRISINDO, dan buyer global seperti Nike memastikan bahwa industri ini tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas dan menjawab tuntutan pasar global.
Pertumbuhan Industri Alas Kaki
Industri alas kaki merupakan subsektor unggulan yang berperan besar dalam menyediakan lapangan kerja dan menghasilkan devisa. Pada Triwulan II tahun 2025, industri kulit dan alas kaki tumbuh 8,31% (y-on-y), jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%. Hingga Februari 2025, industri ini telah menyerap 921 ribu tenaga kerja, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selama Januari-Agustus 2025, tercatat masuknya investasi dari 18 perusahaan skala besar di sektor alas kaki dengan nilai Rp10 triliun. Investasi ini menambah kapasitas produksi sebesar 73,4 juta pasang sepatu dan hampir 250 juta pasang komponen alas kaki, serta menciptakan lebih dari 100 ribu lapangan kerja baru.
Tren Ekspor yang Positif
Ekspor industri alas kaki menunjukkan tren positif, mencapai USD3,77 Miliar pada Januari–Juni 2025, atau tumbuh 13,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-6 eksportir alas kaki dunia dengan pangsa pasar hampir 4% global.
Di tengah tantangan tarif dan non-tarif, tujuan ekspor terbesar industri alas kaki Indonesia adalah Amerika Serikat, disusul Uni Eropa, dan sejumlah negara non-tradisional. Penurunan tarif resiprokal ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat dari 32% menjadi 19% memberi peluang strategis untuk memperkuat daya saing ekspor produk Indonesia. Selain itu, Menperin sedang melakukan perundingan dengan Uni Eropa dan Peru untuk membuka pasar yang lebih luas.
Kontribusi Nike Inc. dalam Ekspor
Ekspor sepatu Converse ke Amerika Serikat menjadi simbol penting dari keberlanjutan ekspor besar ke pasar Amerika Serikat yang tahun lalu mencapai USD 1,03 miliar, atau hampir 50% dari total ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat. Nike Inc. sebagai pemegang merek bekerja sama dengan 50 pabrik di Indonesia, 20 di antaranya pabrik alas kaki. Tahun lalu, Nike Inc. berhasil mengekspor lebih dari 200 juta pasang sepatu Nike, Converse, dan Jordan ke pasar global.
Dukungan Pemerintah untuk Industri Alas Kaki
Kementerian Perindustrian terus mendukung pengembangan industri alas kaki nasional melalui langkah-langkah strategis, termasuk penciptaan iklim usaha yang kondusif, dukungan investasi, dan perluasan akses pasar non-tradisional. Pemerintah juga mendorong negosiasi perjanjian perdagangan yang berkeadilan dan mendukung peningkatan standar keberlanjutan dan green industry.
Pengembangan industri alas kaki nasional memerlukan dukungan dan sinergi pemerintah lintas kementerian. Saat ini, industri alas kaki dapat memanfaatkan program Kredit Industri Padat Karya (KIPK) yang ditujukan bagi pelaku usaha di sektor industri padat karya tertentu yaitu pakaian jadi, tekstil, furnitur, kulit dan alas kaki, makanan dan minuman, serta mainan anak.
Skema KIPK dan Persyaratan Penerima
Skema KIPK menawarkan kredit atau pembiayaan dengan plafon di atas Rp 500 juta hingga Rp 10 miliar untuk mendukung kebutuhan pembiayaan pada revitalisasi mesin untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri dengan subsidi bunga/margin sebesar 5 persen.
Untuk mendukung penyaluran penerima program KIPK, Kemenperin telah menetapkan Permenperin Nomor 34 Tahun 2025 tentang Kriteria Penerima KIPK, diantaranya yaitu memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akun Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), dan mempekerjakan minimal 50 tenaga kerja selama minimal satu tahun terakhir.
Saat ini berdasarkan data SIINAS, terdapat 3.796 pelaku industri yang memenuhi persyaratan memanfaatkan skema KIPK. Menperin berharap pelaku industri padat karya, termasuk industri alas kaki dapat mengoptimalkan subsidi pemerintah ini untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas.