
Tren Filter Foto Berbasis AI yang Menarik Perhatian Pengguna Media Sosial
Tren filter foto berbasis kecerdasan buatan (AI) saat ini sedang menjadi sorotan di kalangan pengguna media sosial. Dengan hanya mengunggah foto diri, pengguna bisa langsung mendapatkan hasil edit yang menyerupai karya visual dengan tema viral, mulai dari gaya animasi hingga nuansa ala studio film populer. Rasa penasaran membuat banyak orang tertarik untuk mencoba, terutama karena hasilnya sering terlihat unik dan estetik, cocok untuk dibagikan di platform media sosial.
Namun, di balik keseruan tersebut, muncul peringatan dari para ahli teknologi tentang risiko privasi yang bisa terjadi. Salah satu isu utama adalah pengunggahan foto pribadi ke platform AI seperti ChatGPT. Seorang editor dari PCWorld, Ashley Biancuzzo, menegaskan bahwa tindakan ini sebaiknya dihindari. Ia menyebutkan bahwa ada bahaya yang sering kali tidak disadari oleh pengguna, terutama terkait bagaimana data wajah mereka bisa disimpan, diproses, atau bahkan disalahgunakan oleh pihak ketiga.
Foto bisa menyimpan lebih banyak informasi daripada yang terlihat, termasuk lokasi, waktu, hingga detail rumah. Data semacam ini bisa menjadi sumber informasi bernilai tinggi bagi pihak yang tidak bertanggung jawab. Biancuzzo menjelaskan bahwa fenomena ini nyata, dan ia sendiri pernah menerima foto keluarga hasil modifikasi AI dari kerabatnya. Meskipun tampak lucu, ia langsung menyadari potensi risiko jika foto tersebut tersebar luas tanpa kendali.
Selain itu, Biancuzzo menekankan bahwa mengunggah foto pribadi tidak selalu aman. Setelah foto dikirim, pengguna hampir tidak tahu di mana foto itu disimpan atau digunakan untuk apa. Jangan anggap hilangnya foto dari obrolan berarti data benar-benar terhapus. Selain risiko kebocoran data, ada juga ancaman penyalahgunaan seperti pembuatan deepfake, di mana foto Anda bisa dipadukan dengan wajah atau tubuh orang lain menggunakan AI. Hasilnya bisa menipu dan bahkan berdampak fatal.
Dikutip dari Newsweek, kekhawatiran soal privasi juga muncul akibat tren filter menggunakan ChatGPT. Beberapa pakar menilai pengguna tanpa sadar bisa menyerahkan data pribadi mereka ke OpenAI. Pendiri aitechprivacy.com, Luiza Jarovsky, menilai fenomena ini memberi akses mudah bagi perusahaan untuk memperoleh ribuan wajah baru yang berpotensi digunakan melatih model AI. Namun, OpenAI membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa privasi dan keamanan pengguna menjadi prioritas. Mereka juga memberikan opsi bagi pengguna untuk menghapus data pribadi atau menolak pemakaian konten mereka dalam pelatihan model AI.
Meski begitu, perdebatan tetap muncul. Sebagian menganggap tren Ghibli sekadar hiburan kreatif, sementara lainnya menyoroti risiko jangka panjang terkait penggunaan foto pribadi di platform AI.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Biancuzzo menyarankan agar pengguna ChatGPT lebih waspada. Jika sistem ChatGPT sudah mengatur cara kerja aplikasi tersebut, maka penggunanya tidak sepenuhnya tak berdaya. Ada baiknya, sebelum mengunggah foto ke ChatGPT, Anda membaca kebijakan privasi platform untuk mengetahui data apa saja yang dikumpulkan, berapa lama disimpan, dan apakah foto itu bisa dihapus.
Di ChatGPT, Anda bisa menonaktifkan riwayat obrolan agar percakapan tidak dipakai melatih AI. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan menghapus metadata sebelum mengunggah foto. Gunakan aplikasi seperti ExifTool atau cukup ambil tangkapan layar, karena itu otomatis menghilangkan data tersembunyi.
Jangan mengunggah foto orang lain tanpa izin, karena bisa berdampak serius, termasuk pada kepercayaan diri jika foto tersebut dimodifikasi. Kalau ingin bereksperimen dengan AI, gunakan foto stok atau wajah buatan dari situs seperti This Person Does Not Exist. Hal ini lebih aman dan tidak mengorbankan privasi pribadi.
Biancuzzo mengingatkan kembali untuk menggunakan ChatGPT dengan bijak, jangan terlalu banyak membagikan informasi, dan percayalah pada insting jika sesuatu terasa janggal. Ingat, chatbot memang terdengar ramah, tetapi bukan teman Anda.