
Pemecatan Pejabat Pers Departemen Luar Negeri AS Akibat Pesan Pro-Gaza
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah memecat pejabat pers tertinggi yang menangani isu Palestina-Israel. Shahed Ghoreishi, yang bertugas dalam penyusunan poin-poin pembicaraan pemerintahan Trump mengenai kebijakan terhadap Israel dan Gaza, dipecat setelah munculnya keluhan dari Kedutaan Besar AS di Yerusalem.
Ghoreishi dipecat karena perselisihan mengenai bagaimana mengkarakterisasi kebijakan Gedung Putih, termasuk rencana penggusuran ratusan ribu warga Palestina dari Jalur Gaza. Menurut laporan, Ghoreishi memancing kemarahan seorang pejabat senior di Kedutaan Besar AS di Yerusalem, yang merupakan ajudan utama Menteri Luar Negeri Marco Rubio. Hal ini terjadi setelah ia menyusun tanggapan atas pertanyaan dari The Associated Press beberapa waktu lalu.
Pemecatan ini menunjukkan ketegangan antara kebijakan pemerintah AS terhadap konflik Timur Tengah dan pendapat internal pejabat yang mungkin berbeda dengan pandangan resmi.
Sanksi AS Terhadap Hakim ICC yang Memerintahkan Penahanan Netanyahu
Amerika Serikat (AS) pada Rabu menjatuhkan sanksi terhadap empat pejabat Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Salah satu yang dikenai sanksi adalah seorang hakim asal Prancis yang mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant.
Kasus ini diajukan oleh Negara Palestina, yang tidak diakui oleh Washington. Namun, berbeda dengan Israel atau AS, Palestina telah menyetujui undang-undang yang membentuk pengadilan tersebut di Den Haag. Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyatakan bahwa pengadilan ini merupakan ancaman keamanan nasional dan digunakan sebagai instrumen perang hukum melawan AS dan sekutunya, Israel.
Pernyataan ini mencerminkan sikap AS yang konsisten terhadap ICC, yang sering kali dianggap sebagai ancaman terhadap kebijakan luar negeri negara-negara besar.
Perempuan Palestina Dinyatakan Tewas Ternyata Masih Hidup di Penjara Israel
Seorang perempuan Palestina dari Gaza, yang sebelumnya dinyatakan meninggal dunia pada awal Januari 2024, ditemukan hidup di penjara Israel. Bisan Fadl Muhammad Fayyad hilang pada 7 Januari 2024 di Deir al-Balah, Gaza selatan. Keesokan harinya, keluarganya dihubungi oleh Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, yang telah menerima jenazah yang diyakini sebagai jenazahnya.
Fadl Muhammad Fayyad, ayah dari perempuan tersebut, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa jenazah tersebut terbakar parah dan tidak dapat dikenali. Kejadian ini menimbulkan banyak tanda tanya tentang proses identifikasi jenazah dan kesalahan informasi yang diberikan oleh pihak medis.
Kejadian ini juga menjadi perhatian internasional, terutama karena kasus seperti ini sering kali terjadi di wilayah konflik, di mana proses administratif dan medis bisa mengalami kesalahan.