Kondisi Sepatu Paskibra Kabupaten Luwu Timur Viral di Media Sosial
Foto sepatu anggota Paskibra Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan tahun 2025, yang rusak parah viral di media sosial. Dalam foto yang beredar, sepatu berwarna abu-abu merek Hoka terlihat robek di bagian kiri. Kondisi tersebut langsung memicu perbincangan netizen.
Banyak dari mereka menyindir kualitas pengadaan sepatu untuk pasukan pengibar bendera. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang proses pengadaan dan pengecekan kualitas barang sebelum digunakan.
Kepala Badan Kesbangpol Luwu Timur, Guntur Hafid, mengaku heran dengan kondisi sepatu yang viral tersebut. Menurutnya, selama pemusatan latihan hingga menjelang HUT ke-80 RI, tidak ada laporan kerusakan besar dari para anggota Paskibra.
"Gambar itu saya juga pribadi heran. Karena selama latihan tidak pernah ada keluhan kerusakan. Bahkan sampai latihan terakhir di hari Sabtu yang dihadiri Pak Bupati, tidak ada keluhan," ujar Guntur.
Guntur tak menampik ada kerusakan kecil yang sempat terjadi selama proses latihan. Namun, hal tersebut segera diperbaiki oleh rekanan. Ia menegaskan, tidak pernah menemukan sepatu robek parah seperti yang viral di media sosial.
"Dengan latihan keras, wajar kalau ada insiden kecil. Tapi setelah diperbaiki rekanan, anak-anak tidak lagi mengeluh," jelasnya.
Isu sepatu sekali pakai pun dibantah Guntur. Menurutnya, foto beredar justru memperlihatkan sepatu sudah tampak lusuh, bukan kondisi baru.
"Kalau dikatakan sekali pakai, pasti kelihatan baru. Tapi yang di foto itu sudah kelihatan lusuh," tegasnya.
Guntur menjelaskan, Pemkab Luwu Timur melalui DPA menganggarkan Rp300 ribu untuk satu pasang sepatu. Namun, melalui e-katalog, rekanan bisa menawar hingga Rp270 ribu per pasang.
Peristiwa ini, lanjutnya, sudah sampai ke telinga Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam. Orang nomor satu di Bumi Batara Guru itu meminta agar pengadaan sepatu Paskibra dievaluasi.
"Pak Bupati sudah merespons. Tahun depan akan ada evaluasi dan peningkatan kualitas. Bisa jadi anggaran juga ditambah menyesuaikan kebutuhan," tutur Guntur.
Sebagai perbandingan, berdasarkan penelusuran di website resmi www.hoka.com, sepatu Hoka Men's dan Women's Challenger 7 dibanderol sekitar Rp1,8 juta per pasang. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah setempat.
Beberapa netizen menyampaikan kekecewaannya terhadap pengadaan sepatu yang dinilai tidak sesuai dengan harapan. Mereka menilai bahwa kualitas sepatu harus ditingkatkan agar dapat mendukung aktivitas latihan yang intensif.
Dari sisi pengelolaan anggaran, banyak yang menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana. Masyarakat berharap agar pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan secara efisien dan efektif, tanpa mengorbankan kualitas.
Selain itu, muncul pula wacana untuk meningkatkan komunikasi antara pihak penyelenggara dan pelaksana kegiatan. Hal ini bertujuan agar tidak ada kesalahpahaman atau ketidakpuasan di masa mendatang.
Pengawasan dan evaluasi terhadap pengadaan barang dan jasa menjadi penting untuk memastikan bahwa semua pihak merasa puas dan nyaman dalam menjalankan tugas masing-masing.