Mengapa Kita Kecanduan Scroll Media Sosial? Ini Penjelasan Psikologisnya

Featured Image

Apa Itu Doomscrolling dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Doomscrolling adalah istilah yang muncul sekitar tahun 2020, ketika wabah global memengaruhi kehidupan manusia. Istilah ini awalnya merujuk pada kebiasaan menghabiskan waktu untuk membaca berita negatif atau informasi yang menyedihkan di media sosial. Namun, seiring perkembangan teknologi dan perubahan perilaku pengguna, makna dari kata ini kini lebih luas. Sekarang, doomscrolling sering digunakan untuk menggambarkan kebiasaan mengonsumsi konten video vertikal secara berlebihan, terutama melalui platform seperti TikTok.

Banyak orang mengalami kecanduan terhadap media sosial tanpa sadar. Menurut data yang dirilis pada Januari 2025, sekitar 210 juta pengguna global (sekitar 4–5%) mengalami kecanduan terhadap media sosial. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari para ahli psikologi: mengapa kita begitu sulit melepaskan diri dari media sosial?

Bagaimana Otak Merespons Media Sosial

Seringkali, kita secara otomatis membuka media sosial saat bangun tidur atau sebelum tidur. Bahkan, saat bekerja, kita mungkin hanya ingin memeriksa pesan, tetapi akhirnya terjebak dalam scrolling. Ini bukanlah kebetulan. Media sosial dirancang untuk merangsang dopamin – zat yang membuat kita merasa bahagia – agar pengguna terus menggunakan aplikasi tersebut.

Ketika kita scrolling, otak kita mulai penasaran dengan apa yang akan muncul berikutnya. Video yang ditampilkan bisa saja bagus, bisa juga tidak. Ketidakpastian inilah yang membuat pengguna semakin tergoda untuk terus melanjutkan aktivitas tersebut. Menurut Neuro Times pada Maret 2025, efek dari kebiasaan scrolling ini mirip dengan kecanduan judi atau penyalahgunaan obat psikotropika.

Akibatnya, seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial tanpa sadar bahwa waktu telah berlalu.

Dampak Doomscrolling pada Kesehatan Mental

Tubuh kita memiliki mekanisme alami untuk menjaga keseimbangan, dikenal sebagai homeostasis. Ketika terpapar suatu zat, seperti kafein atau nikotin, tubuh akan menyesuaikan diri agar efeknya berkurang. Proses ini juga terjadi pada dopamin, zat yang berperan penting dalam rasa senang dan bahagia.

Jika seseorang terus-menerus terpapar stimulasi dari media sosial, otak akan membuat toleransi terhadap dopamin agar tidak terlalu terganggu. Meski tampak biasa, dampaknya bisa sangat signifikan. Kecanduan terhadap media sosial dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan karena keseimbangan emosi menjadi terganggu.

Selain itu, seseorang yang tergantung pada media sosial cenderung merasa gelisah jika tidak melihat layar. Hal ini memengaruhi kemampuan fokus dan rentang perhatian. Jika tidak diatasi, kebiasaan ini bisa mengurangi produktivitas dan kualitas hidup.

Solusi untuk Mengurangi Kecanduan Media Sosial

Meskipun media sosial memiliki pengaruh besar dalam kehidupan kita, tidak berarti kita harus sepenuhnya berhenti menggunakannya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecanduan:

  • Mengaktifkan fitur pembatasan waktu pada ponsel untuk mengontrol penggunaan aplikasi tertentu.
  • Menerapkan "waktu tanpa gadget", seperti tidak menggunakan ponsel selama satu jam sebelum tidur.
  • Meningkatkan kesadaran akan dampak sinar biru dari gawai terhadap kualitas tidur.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa paparan sinar biru dapat mengganggu siklus tidur. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kita dapat meningkatkan kualitas hidup dan performa harian. Pemahaman tentang dampak doomscrolling sangat penting, terutama di era digital yang semakin berkembang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال

Bot Trading Spot Binance dan Bitget

Bot perdagangan crypto menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dapat membantu Anda dalam melakukan perdagangan crypto di Market Spot (Bukan Future) secara otomatis dengan mudah dan efisien serta anti loss. Sistem Aiotrade terintegrasi dengan Exchange terbesar di dunia (Binance dan Bitget) melalui Manajemen API.